Skip to main content

Maaf aku mundur


Kutulis ini bersama rasa yang terpendam
Rasa yang tak pernah dapat di ungkapkan
Rasa yang diam-diam telah merajai hatiku
Rasa yang begitu egois untuk memilikimu

Tuan kaulah pemilik kata sempurna
Sikapmu sadarkanku dari sebuah ilusi
Aku hanya puan yang memujamu
Akulah debu yang terhempas udara
Kau berhak dapatkan yang lebih dariku

Kita seperti matahari dan bulan
Kitalah yang disebut terang dan gelap
Kita selalu tak akan pernah bersatu
Meski tali perjodohan itu mengikat

Terimakasih untuk perkenalan singkat ini
Terimakasih telah mengisi hampa di hatiku
Terimakasih atas warna-warni baru di hidupku
Terimakasih kau pernah sempat hadir
Walau semua hanya sesaat untukku

Maaf karena aku tak sempurna
Maaf aku tak seperti keinginanmu
Maaf aku kalah sebelum berperang
Maaf atas semua keputusanku
Maaf aku memilih mundur...

Jakarta,
Angel Sibarani





Comments

Popular posts from this blog

Aku dan hidupku

Sinar mentari kembali semangati pagiku Sadarkanku dari mimpi berlalu semalam Berharap hari baru kulalui dengan ceria Selalu menjalani hidup dengan hati gembira Kadang angin kencang berhentikan langkahku Pernah juga aku terjatuh dan kemudian terluka Namun aku segera bangkit teruskan perjalanan Karena aku yakin pasti bahagia didepan menanti Emosi tak pernah bercampur logika Tapi semakin dewasa aku mengerti Tentang makna tawa dan air mata Yang mewarnai hari memberi arti Aku akan tetap menjadi diriku sendiri Dan biarkan mereka yang menilaiku Karena Inilah aku yang apa adanya Inilah aku dan hidupku... Jakarta, Angel Sibarani

Ternyata kau bukan untukku

Jauh darimu aku hanya sebuah angan Berada dihadapanmu jadi sebuah bayang Tak berarti apa-apa Tak guna apa-apa Aku bahagia saat jenuhku bersamamu Meski kau acuh atas rasa itu Aku tau, mengerti, dan juga paham Hatimu hanya untuk yang kau beri senyum Bahkan waktuku tak mampu menggantinya Tak bisa sedetikpun memalingkanmu darinya Sekarang aku sadar Ragamu selalu bersama dan menemaniku Namun hati dan pikiranmu terpaut padanya Tapi tenanglah Itu tak membuatku meninggalkanmu Akan kusimpan baik-baik rasa ini Akan kubuatkan ruang tersendiri dihatiku Akan aku lepas kamu Namun akan kujaga kamu dari kejauhan Karena aku tak mau mengurungmu dalam kemunafikan Jakarta, Angel sibarani

Permintaan Sang Pendosa

Tiap mata memandang mentari Yang bisa kutatap hanya hitam Hati di dada menghitam Tiada seberkas cahaya tebersit Kuhabiskan sesalku setiap hari Akan dosa yang menggunung Akan dosa yang tiada diampuni Aku hanya kain bernoda hitam Setiap detik dosaku tempatku bernaung Rasa bersalah kini menggerogoti hati Hati yang kini kian menggunung es Kebaikan bertarung di daging hati Keburukan menetap di jiwa raga Bergulat hingga akal dicumbu nafsu Aku ingin mencampakkan hitamku Berlari sejauh kaki membawa tubuh Kutinggalkan dosa yang kian melangit Aku ingin bersih kembali meski tak suci Sesak rasanya berkubang hina Dosa itu seakan enggan hilang Aku muak pada kenyataan yang mengikat Tuhan aku ingin bebas dari belenggu dosa Kini aku bertaruh pada daun yang bertiup Hanya itu kuingin hingga ajal menjemput Sungguh aku ingin melupakan saat kelamku Keinginan tetaplah hanya tinggal keinginan Meski setelah hujan terlukis pelangi Tuhan izinkan aku berubah Berilah aku set