Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

" GELISAH "

Di gelapnya kesunyian malam ini Seakan bintang malu untuk bersinar Lamunan jauh menerawang angkasa Membukakan pintu sang mimpi kelam Menyibakan tirai kegelisahan di jiwa Bias keremangan telah memudar Memutar hati menguak arti resah Memudarkan beribu bias cahaya Membayang jauh dari arah cinta Malam merengek ikut meresah Menyolek hati dikala gelisah Air mata simbol menangis duka Membasahi bumi yang ikut bersedih Gema gundah bertalu bertubi-tubi Gemercik air melantun irama merdu Berhembus angin membelai lembut Deru suara air seakan menghibur Membangkitkan semangat kalbu Rumput hijau seakan meliuk menari Melambai perlahan seolah mengajak Melepaskan duka menjemput bahagia Merayu hati tuk bernyanyi kerinduan Menyongsong esok dengan senyum bahagia Jakarta, Angel Sibarani

Aku kehilangan

Telah ku lalui pahit getirnya hidup Ada kecewa di setiap helaan nafas Ada duka di setiap derai air mata Semuanya telah melukiskan luka Aku tersendiri disudut ruang hati Goresan itu telah melukai batin Meninggalkan luka dalam hati Dan membuatnya semakin sakit Sudah cukup tersiksa rasa hatiku Sakit dan kecewa menahan luka kini aku dirambah keterasingan Semangatku kini telah patah Senyumanku kini telah memudar Aku terjerat sebuah kehidupan semu Aku terjatuh disudut jurang kegelapan Aku tersesat dalam jalan tak berujung Dan aku tenggelam dilautan tak bertepi Dingin dan sunyi menyudutkanku Dalam tangis manis pahitnya hidup membuatku bimbang, resah, gelisah Aku bener-benar dalam keterpurukan Kesedihan memenuhi tiap anganku Pikiranku dipenuhi awan mendung Semakin lama aku ingin menjauh Pergi membawa setiap rasa luka Lari membawa semua rasa kecewa Aku didera dinginnya angin malam Angin  yang menusuk inti raga ini Namun aku tak mau dijajah rasa pilu Karena a

Filosofi Kehidupanku

Ketika perih menembus kulitku Aku hanya tersenyum malu Ketika Halilintar menyambar tubuhku Aku hanya terkaget dan kemudian tersipu Ketika Ombak menghantamku Aku hanya diam dan terpaku Dan ketika Topan Badai menerpaku Aku hanya tertawa dan kemudian membisu Ketika pusaran badai menelanku Meluluh lantakkan kokohnya aku Aku tidak menangis dan tidak mengadu Aku tidak mengeluh dan mengharu biru Aku juga tidak berteriak dan memekik pilu Semua aku lalui tanpa terbesit kata ragu Sekedar topan dan badai Sekedar semak juga belukar Sekedar caci dan juga maki Sekedar masalah dan juga problema Tak berarti pasti Tak bermakna arti Semua kulewati, sekali lagi Tanpa pilu, ratap, dan haru Lelah juga tak mengusikku Letih pun tak menggangguku Karena aku terus melangkah maju Dan berpacu pada waktu yang berputar Jakarta, Angel Sibarani

Aku hanyalah aku

Aku hanyalah aku Yang sebenarnya punya sisi pilu Yang sebenarnya punya sisi kelabu Dan bisa membuat aku layu Aku hanyalah aku Manusia biasa yang tak punya arti Berfikir tentang sisi lain hidupku Berharap semua dapat aku lalui Hanya ternyata aku berfikir Kalau aku hanyalah aku Yang bisa selalu tertancap paku Yang bisa meneteskan airmata keluh Dan juga menangis mengharu biru Karena aku hanyalah sesosok tubuh Berselimut jiwa yang juga rapuh Sayu dan akhirnya menjadi layu Maklumilah aku, Karena aku hanyalah aku Yang kecil dihadapan Tuhanku Dan tak mempunyai sebuah arti Jakarta, Angel Sibarani

Permintaan Sang Pendosa

Tiap mata memandang mentari Yang bisa kutatap hanya hitam Hati di dada menghitam Tiada seberkas cahaya tebersit Kuhabiskan sesalku setiap hari Akan dosa yang menggunung Akan dosa yang tiada diampuni Aku hanya kain bernoda hitam Setiap detik dosaku tempatku bernaung Rasa bersalah kini menggerogoti hati Hati yang kini kian menggunung es Kebaikan bertarung di daging hati Keburukan menetap di jiwa raga Bergulat hingga akal dicumbu nafsu Aku ingin mencampakkan hitamku Berlari sejauh kaki membawa tubuh Kutinggalkan dosa yang kian melangit Aku ingin bersih kembali meski tak suci Sesak rasanya berkubang hina Dosa itu seakan enggan hilang Aku muak pada kenyataan yang mengikat Tuhan aku ingin bebas dari belenggu dosa Kini aku bertaruh pada daun yang bertiup Hanya itu kuingin hingga ajal menjemput Sungguh aku ingin melupakan saat kelamku Keinginan tetaplah hanya tinggal keinginan Meski setelah hujan terlukis pelangi Tuhan izinkan aku berubah Berilah aku set

Ternyata kau bukan untukku

Jauh darimu aku hanya sebuah angan Berada dihadapanmu jadi sebuah bayang Tak berarti apa-apa Tak guna apa-apa Aku bahagia saat jenuhku bersamamu Meski kau acuh atas rasa itu Aku tau, mengerti, dan juga paham Hatimu hanya untuk yang kau beri senyum Bahkan waktuku tak mampu menggantinya Tak bisa sedetikpun memalingkanmu darinya Sekarang aku sadar Ragamu selalu bersama dan menemaniku Namun hati dan pikiranmu terpaut padanya Tapi tenanglah Itu tak membuatku meninggalkanmu Akan kusimpan baik-baik rasa ini Akan kubuatkan ruang tersendiri dihatiku Akan aku lepas kamu Namun akan kujaga kamu dari kejauhan Karena aku tak mau mengurungmu dalam kemunafikan Jakarta, Angel sibarani

Lukisan hati

Aku ingin pulang ke hati yang kucintai Tapi aku harus menunggu waktu Di setiap hening kau menemaniku Walau itu hanya bayangan senyummu Yang bila kusentuh senyum itu pergi Di setiap matahari pergi Saat kau berjalan meninggalkanku Aku ingin bertahan untuk yang kucintai Kupikir tak mungkin cinta hanya sebatas ini Kunikmati kesepian ini dengan nada Kunikmati kesepian ini dengan mimpi Kunikmati kesepian ini dengan kenangan Kunikmati keseliak ini dengan sendiri Biar saja rindu ini hidup di dasar hati Menunggu sampai waktu menegurnya Sampai ia menemui yang diinginkannya Sampai ia rindu untuk bertemu Telah ku bingkai namamu Lihatlah sangat indah dalam hati Siapapun melihat pasti mengangguminya Perpisahan juga tak mampu merusaknya Suatu hari nanti jika kita bersatu lagi Akan kubacakan puisi ini untukmu Dan akan kubaca sajak ini pada senja Atau pada bulan yang selalu menanti Ini hanya sekedar tentang lukisan hati Dan entah seperti apa di suatu hari Jakarta, A

Kegelisahan Hatiku

Di malam yang hening membisu Hati dihampiri kesunyian sepi Kegelapan tak kunjung sirnah Membuat hati tak bergeming Bahwa sesungguhnya Ada hati yang selalu menanti Ada jiwa yang kian membisu Ada raga yang sanggup berdiri Di dalam dada ini Di dalam hati ini Selalu ada tercipta Aku sayang kamu Aku cinta kamu Dan aku merindukanmu Sungguh ... Aku ingin didekat mu Aku ingin disampingmu Aku ingin bersamamu Untuk saat ini dan selamanya Tapi... Kini semua mimpi tinggal kenangan Dan mungkin hanya ilusi manis sesaat Seperti mimpi yang tak pernah terjadi Kini... Jauh tatap sekedar tuk bertemu Jauh kata sekedar tuk menyapa Jauh raga sekedar tuk merindu Kau pun telah menghilang lenyap Aku tiada pernah mengerti Tentang semua yang terjadi Tentang rasa yang telah terjadi Namun kini yang aku mengerti Mungkin aku akan kehilanganmu Kehilangan semua impian bersamamu Jakarta, Angel Sibarani

" Doa Pagiku "

Di buta subuh kali ini Tubuh ini terbangun Memeluk dingin hingga ke tulang Membuka mata melihat harapan baru Hari ini matahari terbit Semua tentang kemarin hanya cerita Hari ini adalah kenyataannya Semua tentang hari ini adalah harapan Banyak pintaku di pagi ini tuhan Bukan berarti aku serakah Bukan juga aku inginkan semua Aku hanya meminta meski itu banyak Tuhan kabulkan pintaku Aku memohon padamu Tolong kabulkan doa ini Angkatlah ke awan langit Jadikan ia rahmat untukku Jadikan ia kebaikan untukku Aku memohon padamu tuhan Jadikan doaku itu nyata Dengarkanlah jerit hati ini Agar kau tau apa doaku Jakarta, Angel Sibarani

Sebuah renungan malam

Malam begitu gelap hitam pekat Bagikan gelap tak kunjung terang Manakala hati gelisah, gundah, gulana Menuntun isyarat untuk dimengerti Yang dilalui untuk mengetahui Mulailah untuk jadi akhir Akhirilah untuk memulai Dengan satu tujuan pasti Akan sebuah harapan indah Naluri yang kita inginkan Hanya untuk sebuah ilusi Yang telah menghitam kelam Malam berganti pagi Mulai dengan lembaran baru Untuk sebuah tujuan yang pasti Meski terjadi sebilah penghalang Dengan satu tujuan yang pasti Halangan tak akan terhiraukan Ku terobos langkah keyakinanku Untuk menuntaskan dunia cerah di depan Jakarta, Angel Sibarani

Teruntuk sahabat terbaikku

Sahabat, Kau tau aku tak pandai berkata Saat kita menikmati kebersamaan Banyak hal terlewatkan begitu saja Keceriaan, canda, tawa... Semuanya mengalir begitu saja Sahabat, Kau tempat berbagi kisah Kau tempatku menaruh gelisah Kau tempatku mencurahkan gundah Kau tempat singgah senyum dan tangisku Sahabat, Seolah waktu tak bisa menampungnya Dan waktu yang sangatlah singkat Ku harap waktu tak akan merubahmu Ku harap kita akan tetap seperti ini Sahabat, Kenangan bersamamu begitu indah Hari demi hari kita jalani bersama Waktu demi waktu kita lalui semuanya Meski waktu merubah sedikit tentang kita Kalian tetap sahabat terbaik dihari ini Sahabat, Banyak hal yang pernah terjadi Karena itulah jalan hidup yang kita miliki Kadang benci, kesal, dan kecewa Hadir mewarnai hidup kita Sungguh luar biasa semua kita lalui bersama Ya Tuhan, Jaga dan lindungilah sahabatku Tangis mereka adalah tangisanku Bahagia mereka adalah bahagiaku Mereka sahabat terbaik yang aku

Hati Terbelenggu Rindu

Saat rindu menyesak didada Terbungkus derita menyayat hati Aku seperti kehabisan nafas Habis oksigen karna merindukanmu Aku takut terbiasa dengan rasa ini Membuat hati jadi kebal tuk merasa Aku takut terbiasa dengan rindu ini Membuat hati jadi mati rasa Segenap hati aku menjaga Agar pelita cinta tetap menyala Tak kubiarkan redup walau sesaat Semua kulakukan hanya untukmu Adakah cinta tanpa mata?? Walau sesaat ingin bertemu Bebaskan hati dari belenggu Belenggu rindu karena dirimu Jakarta, Angel Sibarani

Maaf aku berbohong padamu

Aku coba bertahan semampuku Namun semua seperti kebohongan Semakin aku mencoba untuk bertahan Semakin rasa bimbang itu menyeruak Mungkin aku benar mencintaimu Atau ini hanya rasa simpati saja Ketika aku mengikat kasih denganmu Memang ada surga dalam hatiku saat itu Begitu indah rasa sayangku padamu Tapi perlahan aku menyadarinya Bahwa aku sudah membencimu Dahulu aku ada rasa denganmu Semakin aku mencoba jalani Semakin terasa aku menyakitimu Karena rasaku telah hilang darimu Semakin aku jalani ikatan ini Semakin aku terus membohongi diri ini Maafkan aku, Maaf untuk semua hal Kasih ingin aku akhiri hubungan ini Tanpa aku ada niat menyakitimu Memang aku telah mengiris luka hatimu Rasa marah, kecewa , terluka, tersakiti Menggambarkan rasamu saat ini Aku rasa ini lebih baik untuk dirimu Dan aku berharap tak ada lagi luka Luka yang membuatmu menangis Aku harap dengan tangisanmu hari ini Menumbuhkan sejuta tawa dihari esok Jakarta, Angel Sibarani

Ku coba tepis rasa itu

Ditengah malam gelap nan pekat Aku teringat pada bayanganmu Selalu melintas di kelopak mataku Aku mencoba untuk melupakanmu Namun bayangmu trus menghampiriku Sunyiku seperti kau tabur bunga rindu Kau bagai angin sejukkan jiwa ragaku Kau mengalihkan seluruh duniaku Sampai datang masa pertemukan kita Untuk kembali atau terpisah selamanya Sungguh hina diriku ini Mencintai orang yang tak mencintai ku Dan takkan pernah menyayangiku Namun sia-sia sudah mahligai cintaku Tidak ada lagi mimpi indah itu Semua telah sirna terbakar Seperti kayu menjadi arang abu Aku coba bertanya pada malam Tapi dia telah diam membisu Angin puting pun berlalu Dia berlalu tanpa jawaban Hanya satu yang terucap Mengapa aku mencintaimu Sepertinya telah cukup aku tulis Telah cukup dalam hati ini teriris Akan kucoba lagi cinta dari awal Dengan dia yang merasakannya Namun cinta untukmu terus bertahan Disisa hati ini pun cintamu kurasakan Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang O

Sajakku setelah kau pargi

Mungkin aku memang lemah Mungkin aku sudah lelah Aku terdiam menangisi kepergianmu Terus diriku terpaku oleh harapan semu Mengapa kita dipertemukan Kamu musim gugur di hatiku Seakan cinta tumbuh bersemi Tapi cintaku pupus begitu saja Mengapa aku terlahir untuk terluka Aku sadar cinta tak harus memiliki Mungkin ada yang lebih dariku Tapi aku tak bisa relakannya Tidak adakah iba di hatimu Tidak adakah rasa untukku Kau berlalu menuju impian baru Kau pergi tinggalkan aku sendiri Rinduku sudah kau lara Sayang ku kini telah kau buang Mungkin aku tercipta tuk rasa sakit Hanya untuk disakiti dan dihina Apakah ini suatu cobaan untukku?? Apakah ini goresan hati yang luka?? Luka yang tak pernah bisa sembuh Meski penawar itu ada tercipta Semoga kau bahagia Semoga aku bisa tanpamu Tanpa sosok bayanganmu Tanpa rindu untukmu Jakarta, Angel Sibarani

Aku setalah kehilanganmu

Aku mencarimu dalam gelap Aku menyapamu dalam diam Adakah sapa rindu itu untukku? Adakah rasa itu masih untukku? Apa terlalu tinggikah harapan itu? Meski hanya semu yang kudapat Salahkah aku setia menunggumu? Meski kau tak pernah menugguku Sedetik tanpamu kesunyian merangkak Sehari tanpa kabarmu hati ini cemas Seminggu tanpa beritamu aku gundah Sebulan tanpa suaramu aku gelisah Apa aku tak lagi menarik untukmu? Apa pelukku tak lagi hangatkanmu? Apa kabarku sudah tak penting untukmu? Aku terus bertanya dan terus bertanya Mengapa kehilanganmu harus sesakit ini? Mengapa kepergianmu semenyiksa ini? Tak tersisakah rasa pedulimu untukku? Aku bingung menyikapi semuanya Aku hanya semilir desir angin di malammu Aku berhasil menyentuh, namun gagal merangkul Aku seperti jadi pelengkap, bukan untuk menetap Aku sadar tak pernah jadi tempatmu bersandar Bodohnya aku baru menyadarinya Saat aku ada dipuncak rasa itu Saat seutuhnya sayangku untukmu Dan kau tak pernah

Aku dan hidupku

Sinar mentari kembali semangati pagiku Sadarkanku dari mimpi berlalu semalam Berharap hari baru kulalui dengan ceria Selalu menjalani hidup dengan hati gembira Kadang angin kencang berhentikan langkahku Pernah juga aku terjatuh dan kemudian terluka Namun aku segera bangkit teruskan perjalanan Karena aku yakin pasti bahagia didepan menanti Emosi tak pernah bercampur logika Tapi semakin dewasa aku mengerti Tentang makna tawa dan air mata Yang mewarnai hari memberi arti Aku akan tetap menjadi diriku sendiri Dan biarkan mereka yang menilaiku Karena Inilah aku yang apa adanya Inilah aku dan hidupku... Jakarta, Angel Sibarani

Luka yang tertinggal

Sungguh sesak aku rasa Kau pergi menghilang Dan aku yang melapang Namun hati masih mengenang Aku mencoba untuk pasrah Aku mencoba untuk lupa Namun tetap pada relung jiwa Tersimpan luka yang belum sembuh Ahh,, sungguh nyeri rasanya Hati ini tetap mendesak Meminta lapak untuk sesaat rebah Resah ini berlanjut pasrah Namun perihal melupa ia tetap tak bisa Lalu aku harus bagaimana? Luka dalam dada tetap masih ada Luka itu tetap tak mau beranjak pergi Luka hatiku masih belum mengering Aku mencoba menghilangkannya Namun tak semudah kenyataannya Semuanya butuh sebuah proses Semuanya butuh waktu  Jakarta, Angel Sibarani

Kita Adalah Satu

Menatap indah langit kehidupanku Seakan terbayang wajah tampan di mataku Begitu sejuk hadirnya menduhkan hatiku Sedikit rasa rindu kini jadi candu bagiku Duhai kasih, apakah ada rindu di hatimu? Kasih, belum cukupkah bagimu Apa kau tak rasakan detak jantungku Irama setiap hembusan nafas berlalu Bahkan derasnya setiap aliran darahku Semuanya menyebut namamu dihatiku Duhai terkasih, Lamunan wajahmu indah Merasuk ke dalam jiwa ini Membuat diri terpaku merana Merasakan kebahagiaan tiada tara Terpikir sejenak olehku Ketika kau tak lagi untukku Akan jadi seperti apa hidupku? Wahai kekasih, Begitu pun dengan diriku Saat tak ada dirimu disisiku Dunia tak lagi semanis madu Sungguh, betapa beruntung diriku Bisa menggenggam seluruh hatimu Kasih, percayalah kita adalah satu Sebab aku dan kamu adalah cinta sejati Yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu Jakarta, Angel Sibarani

Celoteh Luka Siang Ini

Semua kisah kita telah jauh berbeda Ketika kita sepakat tak lagi bersama Ketika kita sepakat saling melepaskan Sebab kita tak lagi berjalan searah Kau memilih langkah lebih dulu dariku Pergi meninggalkan aku sendiri disini Sedangkan aku masih pada posisiku Masih berusaha sekuat hati merelakan Entah waktu mengijinkan aku atau tidak Menolak rasa melepasmu dari memoriku Entahlah apa aku mampu atau tidak Terkadang pikiran itu meracuni otakku Seandainya semua berbalik Apa kau bisa sekuat aku? Bagaimana jika aku berhenti lebih dahulu? Apa kau merasakan kehilangan sepertiku? Seperti aku yang kehilanganmu saat ini Jakarta, Angel Sibarani

Dari Hati Untukmu Pahlawanku

Meski suaramu tak semerdu nyanyian ibu Kau membingkai aku dengan nada indah Ketulusanmu yang meluluhkan hatiku Mengantarku menuju lembah kedamaian Meski tanganmu tak selembut belaian ibu Namun dengan dekapanmu aku tenang Aku terhangatkan dengan kasihmu AKu terlenakan dengan cintamu Kau seperti karang menjaga debu pasir Kau lindungi aku dari kotoran debu Kau rela diterpa buih yang berlalu Hanya demi aku anakmu Seakan tak lelah kau hapuskan air mataku Seakan tak bosan kau redamkan tangisanku Tangisku berderai kala ingat ucapan indahmu Sesal bergejolak kala ku sentuh tubuh letihmu Telah aku urai hati ini untukmu Segalanya kau labuhkan di dermaga hidupku Hanya sebentuk puisi ketulusan hati untukmu Ayah terimakasih untuk segalanya Jakarta, Angel Sibarani

Karena Kaulah Cintaku

Cinta... Siapa dia??? Hadirnya menimbulkan seribu tanda tanya Datangnya membawa warna baru bagiku Keberadaannya membuat bahagia hariku Cinta… Siapa dia??? Mata ini mampu menatap paras wajahnya Bibir ini mampu berucap kasih tentangnya Telinga ini mampu mendengar suaranya Kaki ini mampu melangkah untuknya Cinta… Ketahuilah..!! hati ini berteriak katakan aku cinta padanya Cinta… Ketahuilah dia adalah kamu Kamulah yang aku cinta Kamu yang memberikan warna di hidupku Kamu yang menyinari setiap hariku Cinta… Tersenyum aku disini dalam sebuah renungan Hati ini seperti merasakan sebuah sentuhan Dan kini aku dengar suara hati kecilku Bernyanyi sendungkan irama jantungku Menarik aku dalam hamparan impian Kaulah jantung hati ku Kau pengobar semangat langkahku Kau keindahan penyejuk mataku Percayakan hatimu hanya untukku Akan ku jaga selalu hati untukmu " Karena kaulah cintaku ” Jakarta, Angel Sibarani

Perihal Rasa

Maaf aku tak mampu mengutarakan Melalui goresan ini aku bercerita Perihal rasa yang tersimpan untukmu Apa kau tak bisa merasakannya? Lewat kata coba aku utarakan semua Perihal rasa yang begitu dalam untukmu Apa kau masih belum mengerti juga? Atau sengaja kau mengabaikan? Aku hanya bisa beku terdiam Bibirku serasa diam membisu Aku lemah akan tatapan matamu Aku tak berdaya oleh senyummu Ketika rasaku semakin menggebu Jujur aku sangat ingin miliki dirimu Namun cinta tak berpihak padaku Kau kembali mengabaikan diriku Dan aku tersakiti rasaku sendiri Sekali lagi aku jatuh karena Cinta Ketika sebuah ikatan cinta kuharapkan Namun tak seindah yang kubayangkan Ku hapus rasa yang tak bisa memilikimu Meski sakit tapi rasaku lelah terabaikan Jakarta, Angel Sibarani

Ternyata aku salah

Taukah kamu... Aku kesesakan di status menyedihkan ini Aku terkatung - katung sendirian dalam rasa ini Aku lelah dengan pengharapan ini Begitu banyak yang aku lakukan untukmu  Aku rela meminum asam dan garam Dan membiarkanmu meneguk hal manis Mengapa matamu masih belum terbuka? Mengapa hatimu masih tertutup ragu? Tapi aku terlalu penasaran  Aku terlalu mengikuti rasa keingintahuan Jika dari awal aku tak mengenalmu  Mungkin aku tak tau rasanya meluruhkan airmata Iya, aku bodoh! Aku memang bodoh! Puas!? Tatapanmu dingin,  Sikapmu dingin,  Dan aku dilarang menuntut lebih Aku adalah temanmu, hanya temanmu, Temanmu! Aku mencintai kamu Aku tau kau tak akan memilihku Tapi itu hal tersulit bisa aku mengerti Dan sampai sekarang aku belum mengerti Mengapa semua berakhir sesakit ini?  Aku sudah berusaha sekuat tenagaku Menjunjung tinggi kamu sebisa aku  Tapi dimana perasaanmu?  Sejak dulu harusnya aku tak perhatik

Akhir yang ku pilih

Akhirnya aku ada ditahap akhir Posisi yang tak kubayangkan  Aku terhempas begitu jauh Aku terjatuh terlalu dalam Aku kira langkahku sudah tepat  Kupikir anggapanku adalah segalanya  Tapi ternyata kali ini aku salah Pergi adalah jawaban yang ku pilih  Sebenarnya aku ingin memperjuangkan Tapi aku terpaksa memilih tuk berhenti  kini tugasku mencintaimu telah usai Hari-hari ku sekarang menjadi kosong  Keadaan ini cukup membuatku tertekan  kau tak merasakan sesaknya jadi aku Mungkin terdengar seperti berlebihan  Tapi kau akan mengerti jika diposisi ku Jika aku bisa membaca matamu Jika aku bisa mengerti isi otakmu mungkin aku tak bertahan sejauh ini  Jika aku tau perhatianmu bukan hal spesial  Mungkin sudah dari dulu kita tak saling kenal  Semuanya seperti wujud terselubung dari cinta Aku terlalu terburu - buru mengartikannya Segala hal yang biasa terasa begitu spesial Bukankah ketika kita jatuh cinta itu semua wajar? Aku per

" Kenapa harus kamu? "

Kenapa harus kamu? Yang hadir pada kekosongan jiwa Kenapa harus kamu? Yang menerbitkan nyaman sang dewi Kenapa harus kamu? Yang membuat senyumku penuh arti Kenapa juga harus kamu? Yang meluluhlantakkan hidupku Kenapa harus kamu? Yang hadirkan tanya dan bisu menyeringai santai Kenapa harus kamu? Yang datang masuk tak permisi kedalam pintu hatiku Kenapa harus kamu ? Yang bisa membuatku jatuh cinta Kenapa harus kamu ? Yang mengubah rasa takutku jadi keberanian kecil Kenapa harus kamu? Yang mengubah tangisku jadi senyuman di bibirku Kenapa harus kamu? Yang buat diriku melamun sepanjang waktu Kenapa harus kamu? Yang menjadi sebab airmata ini terjatuh Kenapa harus kamu? Yang membuatku merasakan kembali rasa sakit Sampai kapan aku terus bertanya Seperti terdengar satu pertanyaan Pada sebuah pembuktian akan keraguan Entahlah kubiarkan waktu menjawab semua Jakarta, Angel Sibarani

Tentang Kisah Yang Tak Pernah Bisa Ku Ceritakan

Kau adalah kata yang tak dapat aku tuliskan  Kau adalah kenangan yang tak bisa dilupakan Kau adalah buku usang yang tak ingin aku buka Malam ini, izinkan aku menoreh kisah tentang kita Kenangan tentang dirimu begitu indah Kisah kita indah seperti didunia dongeng Begitu manis hingga enggan aku akhiri Tapi takdir berkata kisahku berkahir pilu Awalnya tak rela kau pergi tinggalkan aku Aku tau kau pergi bukan karena pilihanmu Aku tau kau pergi bukan karena tak sayang Aku tau kau pergi bukan karena membenciku Tapi karena kata sang pencipta waktumu telah usai Sekarang hanya ada aku dan kenangan kita Kepergianmu terpaksa harus aku relakan Diriku begitu terpukul oleh kepergianmu Seperti menelan pil pahit tanpa segelas air Semua ku terima tanpa ada kata perpisahan Dan aku harus mengakui kisah kita berakhir tragis Tanpa bisa ku sesali, sebab ini bukan salahmu Aku tau waktu tak dapat diputar kembali Kenangan itu akan selalu tetap ku ingat Tapi tak mungkin lagi aku b