Skip to main content

Permintaan Sang Pendosa


Tiap mata memandang mentari
Yang bisa kutatap hanya hitam
Hati di dada menghitam
Tiada seberkas cahaya tebersit

Kuhabiskan sesalku setiap hari
Akan dosa yang menggunung
Akan dosa yang tiada diampuni
Aku hanya kain bernoda hitam

Setiap detik dosaku tempatku bernaung
Rasa bersalah kini menggerogoti hati
Hati yang kini kian menggunung es
Kebaikan bertarung di daging hati
Keburukan menetap di jiwa raga
Bergulat hingga akal dicumbu nafsu

Aku ingin mencampakkan hitamku
Berlari sejauh kaki membawa tubuh
Kutinggalkan dosa yang kian melangit
Aku ingin bersih kembali meski tak suci

Sesak rasanya berkubang hina
Dosa itu seakan enggan hilang
Aku muak pada kenyataan yang mengikat
Tuhan aku ingin bebas dari belenggu dosa

Kini aku bertaruh pada daun yang bertiup
Hanya itu kuingin hingga ajal menjemput
Sungguh aku ingin melupakan saat kelamku
Keinginan tetaplah hanya tinggal keinginan
Meski setelah hujan terlukis pelangi

Tuhan izinkan aku berubah
Berilah aku setitik harapan
Aku ingin menatap cahaya
Aku ingin menjadi merpati putih
Terbebas dari jerat pendosa

Hanya satu yang kuharap di hati
Semoga matahari akan tetap bersinar
Menepati janji pada embun disudut hari
Semoga cahaya akan tetap bersama hati

Jakarta,
Angel Sibarani

Comments

Popular posts from this blog

Ternyata kau bukan untukku

Jauh darimu aku hanya sebuah angan Berada dihadapanmu jadi sebuah bayang Tak berarti apa-apa Tak guna apa-apa Aku bahagia saat jenuhku bersamamu Meski kau acuh atas rasa itu Aku tau, mengerti, dan juga paham Hatimu hanya untuk yang kau beri senyum Bahkan waktuku tak mampu menggantinya Tak bisa sedetikpun memalingkanmu darinya Sekarang aku sadar Ragamu selalu bersama dan menemaniku Namun hati dan pikiranmu terpaut padanya Tapi tenanglah Itu tak membuatku meninggalkanmu Akan kusimpan baik-baik rasa ini Akan kubuatkan ruang tersendiri dihatiku Akan aku lepas kamu Namun akan kujaga kamu dari kejauhan Karena aku tak mau mengurungmu dalam kemunafikan Jakarta, Angel sibarani

(Prosa) Penantian tanpa kepastian

Kucoba kuatkan hati, mesti tiada harapan pasti yang engkau berikan. Kucuba bersabar menahan gejolak di dada, meski sering kali engkau memilih diam. Karena sulit bagiku untuk melupakanmu dan jiwaku hanya tentram ketika menyebut namamu, bukan yang lain. Sempat juga aku berpikir untuk menanyakan sebuah kepastian, “apakah masih ada harapan untukku memilikimu seutuhnya?” Namun, aku tak sanggup menderamu dengan pertanyaan berat ini. Aku tak ingin hadirkan beban dalam hatimu sehingga engkau tak bisa konsentrasi dalam duniamu. Kutahan gelisah, meski wajahmu seringkali datang menghampiri jiwa. Kukuatkan kesabaran dalam penantian tanpa kepastian. Cukuplah dirimu di hatiku saat ini, karena engkaulah yang hadirkan ketenangan. Bukan yang lain, yang seringkali lewat ucapan dan pintanya mendera pikiranku. Mereka menghampiriku, kemudian membunuhku perlahan. Beda dengan dirimu, sapaanmu telah hadirkan berjuta inspirasi. Senyummu kobarkan semangat membara. Tanpa harus berkamuflase dengan kata-k...

(Prosa) teruntuk lelaki yang berjuang bersamaku

Aku memang bukanlah wanita yang sempurna, bukan berasal dari keluarga berada, wajahku juga tak secantik artis Korea. Tadinya, aku tak pernah memikirkan perkara cinta. Buat perempuan sepertiku, perkara cinta hanya buang-buang waktu saja. Lebih baik, aku memikirkan karier dan kesuksesan di masa depan. Aku tak pernah ambil pusing untuk urusan asmara. Toh, jodoh dan mati sudah ada yang mengatur, kenapa manusia harus repot? Yang aku pikirkan hanya jika nanti aku berhasil, maka keluargaku pun akan bahagia. Itu saja. Kau pun hadir saat itu agar perjuangan ku mulai terasa ringan. Terima kasih karena memilih wanita sepertiku, menerima semua kekurangan dalam diriku, yang tak mungkin bisa kusebutkan satu per satu. Aku sangat menghargai ketulusanmu, cintamu, dan pengorbananmu. Setiap aku membutuhkanmu, kau pun selalu ada di sampingku.  Namun, terkadang hatiku terluka saat aku mengingat masa laluku. Kuhabiskan masa mudaku untuk berjuang demi cita - cita yang ingin ku gapai. Ke...