Skip to main content

Cinta tak berbalas


Sang pemilik senyum yang menyimpan tanya
Sang pemilik tatapan mengganggu laju otakku
Sang pemilik pujian dari setiap inci geraknya
Percakapan kita berubah jadi narasi nyata
Percakapan kita mengalir begitu saja
Seperti curah hujan jatuh ke permukaan

Cinta selalu menuntut kesederhanaan
Sesederhana aku tulus mencintaimu
Seringkali kau mencuri pandangku
Menyelami betapa sejuk matamu 
Tercebur dalam relung hatimu
Terpeleset dalam aliran darahmu
Aku jatuh di kolam cinta tak bertepi

Aku ingin menjadi denyut nadi jantungnya 
Aku ingin ikut berhembus dihelaan nafasnya
Tapi, apa harapku akan menyentuh kenyataan? 
Inilah yang disebut mimpi, selalu terlalu tinggi

Kini sosoknya menjadi sangat penting 
Disetiap pagi hingga gelap malamku
Setiap jengkal dalam detik kehidupanku
Hanya kamu yang menari-nari di otakku
Apa ini yang disebut kurang kerjaan?
Kau terus mengganggu pikiranku

Kala itu cinta tak lagi sederhana
Berangsur-angsur tingkatnya berbeda
Ia menjelma menjadi dua kata luar biasa
Perasaan itu tak lagi sekadar teman biasa
Tapi mulai menuntut akan sebuah status
Kau buat aku sedetik tak melupakanmu

Aku tau akan kembali pada tangisku
Aku paham cinta tak akan berbalas
Tapi, sudahlah lupakan saja
Anggap saja rasa ini tak ada

Jakarta,
Angel Sibarani


Comments

Popular posts from this blog

Ternyata kau bukan untukku

Jauh darimu aku hanya sebuah angan Berada dihadapanmu jadi sebuah bayang Tak berarti apa-apa Tak guna apa-apa Aku bahagia saat jenuhku bersamamu Meski kau acuh atas rasa itu Aku tau, mengerti, dan juga paham Hatimu hanya untuk yang kau beri senyum Bahkan waktuku tak mampu menggantinya Tak bisa sedetikpun memalingkanmu darinya Sekarang aku sadar Ragamu selalu bersama dan menemaniku Namun hati dan pikiranmu terpaut padanya Tapi tenanglah Itu tak membuatku meninggalkanmu Akan kusimpan baik-baik rasa ini Akan kubuatkan ruang tersendiri dihatiku Akan aku lepas kamu Namun akan kujaga kamu dari kejauhan Karena aku tak mau mengurungmu dalam kemunafikan Jakarta, Angel sibarani

(Prosa) Penantian tanpa kepastian

Kucoba kuatkan hati, mesti tiada harapan pasti yang engkau berikan. Kucuba bersabar menahan gejolak di dada, meski sering kali engkau memilih diam. Karena sulit bagiku untuk melupakanmu dan jiwaku hanya tentram ketika menyebut namamu, bukan yang lain. Sempat juga aku berpikir untuk menanyakan sebuah kepastian, “apakah masih ada harapan untukku memilikimu seutuhnya?” Namun, aku tak sanggup menderamu dengan pertanyaan berat ini. Aku tak ingin hadirkan beban dalam hatimu sehingga engkau tak bisa konsentrasi dalam duniamu. Kutahan gelisah, meski wajahmu seringkali datang menghampiri jiwa. Kukuatkan kesabaran dalam penantian tanpa kepastian. Cukuplah dirimu di hatiku saat ini, karena engkaulah yang hadirkan ketenangan. Bukan yang lain, yang seringkali lewat ucapan dan pintanya mendera pikiranku. Mereka menghampiriku, kemudian membunuhku perlahan. Beda dengan dirimu, sapaanmu telah hadirkan berjuta inspirasi. Senyummu kobarkan semangat membara. Tanpa harus berkamuflase dengan kata-k...

(Prosa) teruntuk lelaki yang berjuang bersamaku

Aku memang bukanlah wanita yang sempurna, bukan berasal dari keluarga berada, wajahku juga tak secantik artis Korea. Tadinya, aku tak pernah memikirkan perkara cinta. Buat perempuan sepertiku, perkara cinta hanya buang-buang waktu saja. Lebih baik, aku memikirkan karier dan kesuksesan di masa depan. Aku tak pernah ambil pusing untuk urusan asmara. Toh, jodoh dan mati sudah ada yang mengatur, kenapa manusia harus repot? Yang aku pikirkan hanya jika nanti aku berhasil, maka keluargaku pun akan bahagia. Itu saja. Kau pun hadir saat itu agar perjuangan ku mulai terasa ringan. Terima kasih karena memilih wanita sepertiku, menerima semua kekurangan dalam diriku, yang tak mungkin bisa kusebutkan satu per satu. Aku sangat menghargai ketulusanmu, cintamu, dan pengorbananmu. Setiap aku membutuhkanmu, kau pun selalu ada di sampingku.  Namun, terkadang hatiku terluka saat aku mengingat masa laluku. Kuhabiskan masa mudaku untuk berjuang demi cita - cita yang ingin ku gapai. Ke...