Hahahahaa... !
Aku pandai menggambar fatamorgana yang menciptakan sebuah ilusi manis menipu mata. Ku kirimkan indahnya ilusi manis sebuah cinta melalui rintik derai hujan. Sampai butiran-butiran air yang mengisyaratkan rintik derai hujan berebut mengutarakan isi hatinya. Gambar yang kuciptakan itu seperti belati bermata dua yang siap mencabik dan mengoyak relung hati siapa saja yang mendengar jadi luluh lantak.
Aku bukanlah penggila yang menghambakan dirinya pada cinta. Elegi telah membawa tubuhku terbang mengembara. Mengendarai kata-kata netizan yang maha benar. Zaman dimana semuanya menghujat, dan mencemooh goresan isak tangismu hanyalah seonggok sampah! Sampah!
Apa yang salah dengan elegiku? Kini aku terbakar dari ujung kepala yang dipenuhi kalimat barbar, hingga kakiku yang berkasutkan bara api ingin menginjakmu. Haruskah mahkota elegiku berubah menjadi sarkasme cinta? Tapi sisi lain diri ini berteriak, berontak meminta tak digantikan
Hei hentikan! Bisakah kalian berhenti menyalahkan pendosa ini! Atau aku harus menidurkan diriku yang jalang ini di padang ilalang. Karena di sana aku tak akan lagi menjumpai sarkasme cinta. Tapi aku akan nyenyak tertidur pulas dalam pelukan luka.
Jakarta,
Angel Sibarani
Comments
Post a Comment